06/08/09

Makna Syahadat

Makna kalimat Syahadat.

Diriwayatkan dalam sebuah atsar bahwa kunci surga adalah “la ilaha illallah”, tetapi apakah setiap orang yang mengatkannya berhak dibukakan pintu surga untuknya ?

Seseorang bertanya kepada Wahb bin Munabbih rahimahullah :
“Bukankah la ilaha illallah itu kunci pintu surga ? beliau menjawab :”Ya, tetapi setiap kunci mempunyai gerigi, jika anda membawa kunci yang bergerigi, maka pintu surga dibukakan untukmu, tetapi jika kunci anda tidak bergerigi, tidak akan dibukakan.”

Banyak hadits yang menerangkan tentang gerigi kunci ini, seperti sabda Rasulullah saw :
“siapa saja yang mengucapkan la ilaha illallah denagn ikhlas, dengan hati yang yakin, dia mengucapkan benar-benar dari lubuk hatinya, maka dibukakan pintu surga”
Berdasarkan hal-hal tersebut para ulama mengambil kesimpulan tentang syarat yang harus dipenuhi dalam kondisi terhindar dari segala faktor penghalang, sehingga kalimat la ilaha illallah menjadi kunci pembuka pintu surga dan berguna bagi orang yang mengucapkannya, dan syarat-syarat itu adalah gerigi kunci tersebut yaitu :

1. Ilmu Pengetahuan
Karena setiap kalimat memeliki makna, maka wajib mengetahui makna la ilaha illallah dengan pengetahuan yang bertentangan dengan sifat ketidak tahuan, yaitu :
Menafikkan sifat ketuhanan dari selain Allah, lalu menetapkannya untuk Allah semata, artinya : tidak ada yang berhak disembah/diberikan ibadah kecuali Allah.

وَلا يَمْلِكُ الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ الشَّفَاعَةَ إِلا مَنْ شَهِدَ بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ (٨٦)

86. dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memberi syafa'at; akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa'at ialah) orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini(nya)[1367].

[1367] Maksudnya Nabi Muhammad dan Nabi yang lain dapat memberi syafa'at sesudah di beri izin oleh Allah s.w.t.

Dan sabda Rasulullah saw :
“siapa saja meninggal dunia, sementara dia mengetahui bahwa tidak ada Tuhan yang haq kecuali Allah, pasti masuk surga”

2. Yakin
Yaitu benar-benar meyakini akan maksudnya, karena kalimat ini sama sekali tidak menerima keraguan, prasangka, dan kebimbangan, akan tetapi wajib bertopang kepada keyakinan yang pasti dan kuat.

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ (١٥)

15. Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar.

Tidak cukup sekedar mengucapkannya saja , akan tetapi harus dengan keyakinan hati. Jikalau tidak demikian maka itu merupakan nifaq murni.
Rasulullah saw bersabda :
“Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan aku adalah utusan Allah, tidak seorang hambapun bertemu dengan Allah dengan membawa dua kalimat syahadat ini tanpa ada keraguan didalamnya, kecuali dia masuk surga”[HR.Muslim].

3. Menerima
Apabila anda telah mengetahui dan meyakini, maka sepatutnya pengetahuan yang berkeyakinan ini memiliki pengaruh, yaitu : menerima setiap apa yang dituntut oleh kalimat ini dengan hati dan lidah.
Jadi siapa saja menolak panggilan tauhid, dan tidak menerimanya, maka dia itu kafir, baik penolakan itu disebabkan oleh kesombongan, keras kepala, atau kedengkian.

إِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ يَسْتَكْبِرُونَ (٣٥)

35. Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: "Laa ilaaha illallah" (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri,


4. Tunduk dan patuh
Ini merupakan pembuktian dan bentuk pengamalan dari keimanan, hal ini terwujud dengan mengamalkan apa yang telah disyariatkan dan meninggalkan apa yang Dia larang.

وَمَنْ يُسْلِمْ وَجْهَهُ إِلَى اللَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى وَإِلَى اللَّهِ عَاقِبَةُ الأمُورِ (٢٢)

22. dan Barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang Dia orang yang berbuat kebaikan, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.


5. Kejujuran
Kejujuran dalam mengucapkannya, kejujuran yang menghapus kedustaan. Karena siapa saja mengatakannya dengan lidahnya saja, sedangkan hatinya mendustai kalimat itu maka dia termasuk munafik.

وَلِيَعْلَمَ الَّذِينَ نَافَقُوا وَقِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا قَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَوِ ادْفَعُوا قَالُوا لَوْ نَعْلَمُ قِتَالا لاتَّبَعْنَاكُمْ هُمْ لِلْكُفْرِ يَوْمَئِذٍ أَقْرَبُ مِنْهُمْ لِلإيمَانِ يَقُولُونَ بِأَفْواهِهِمْ مَا لَيْسَ فِي قُلُوبِهِمْ وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا يَكْتُمُونَ (١٦٧)

167. dan supaya Allah mengetahui siapa orang-orang yang munafik. kepada mereka dikatakan: "Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah (dirimu)". mereka berkata: "Sekiranya Kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah Kami mengikuti kamu"[247]. mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran dari pada keimanan. mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak terkandung dalam hatinya. dan Allah lebih mengetahui dalam hatinya. dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan.

[247] Ucapan ini ditujukan kepada Nabi dan sahabat-sahabat beliau sebagai ejekan, karena mereka memandang Nabi tidak tahu taktik berperang, sebab beliau melakukan peperangan ketika jumlah kaum muslimin sedikit. Ucapan ini dapat digunakan untuk mengelakkan cercaan yang ditujukan kepada diri orang-orang munafik sendiri.


6. Kecintaan
Seorang mukmin mencintai kalimat ini, dan senang mengamalkan sesuai tuntutannya, jangan mencintai orang-orang yang mengamalkannya.
Bukti kecintaan seorang hamba kepada Rabbnya yaitu mendahulukan kecintaan kepada Allah, meskipun bertentangan dengan hawa nafsunya, loyal terhadap orang yang cinta Allah dan rasul-Nya, serta menuruti jejak langkahnya dan menerima petunjukanya.

7. Ikhlas
Tiada yang ia inginkan dari mengucapkan kalimat ini kecuali Allah,

وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ (٥)

5. Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.

[1595] Lurus berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan.



Itulah makna kalimat syahadat yang sebenarnya, dimana dengan mengucapkan la ilaha illallah akan masuk surga, karena kalimat ini kunci surga. Akan tetapi bukan sekedar ucapan lidah semata tetapi juga segala bentuk amalan yang telah digariskan Allah swt.

Banyak kita lihat acara tahlilan dengan harapan masuk surga, akan tetapi mereka tidak mengamalkan dan mematuhi aturan Allah, maka bacaan tahlil tersebut “kunci yang tidak bergerigi” dan tidak bisa membuka pintu surga.
Semoga kita menjadikan la ilaha illallah sebagai kunci yang bergerigi, agar pintu surga terbuka.

0 komentar:

Posting Komentar

Sukran, mari menambah wawasan keislaman.

Design by Abdul Munir Visit Original Post Islamic2 Template